Deretan startup e-niaga jatuh cinta untuk dibakar
Sudah menjadi rahasia umum bahwa startup yang membuat produknya sendiri harus siap “membakar uang” untuk menjadi terkenal. Startup besar seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dll diketahui melakukan praktik serupa agar bisa menjadi besar seperti sekarang.
Namun, kisah sukses startup yang “membakar uang” di awal pendiriannya tidak selalu berakhir dengan baik
. Ada juga startup yang harus kolaps karena tidak bisa membakar uang. Di bawah ini kami rangkum sejumlah startup yang harus meninggalkan kancah teknologi digital karena kalah bersaing.
- Rakuten
Rakuten adalah e-commerce besar dari negara Sakura, Jepang. Bahkan, melalui kerjasama antara Rakuten Jepang (51% saham) dan MNC Group (49% saham), Rakuten telah menjejakkan kaki di Indonesia.
Sayangnya, di tengah perjalanan pasar digital di Indonesia, Rakuten justru mengalami konflik dengan in-house partnernya, MNC Group. Alasan lain Rakuten gagal adalah karena tidak memahami pasar lokal Indonesia dan terlalu bergantung pada prinsip-prinsip negara asalnya.
Selain itu, Rakuten juga kalah bersaing dengan kompetitor
kuat seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dll, sehingga harus menutup usahanya pada tahun 2016.
- STOQO
STOQO adalah startup yang didirikan oleh anak negeri yang fokus pada penjualan sembako khususnya bagi para pengusaha kuliner (UKM) kecil dan menengah. Startup ini didirikan pada tahun 2017 oleh Aswin Andrinson. Co-founder Aswin Andrinson mengatakan STOQO mengalami peningkatan 7 kali lipat pada 2019.
Namun, karena pandemi COVID19, pendapatan STOQO turun drastis. Maklum, sebagian besar pelanggan STOQO adalah para pebisnis kuliner skala kecil dan menengah. Banyaknya rumah makan dan tempat makan yang tutup selama pandemi COVID19 berdampak pada STOQO. Akhirnya, STOQO harus menutup layanannya pada akhir April 2020.
- Matahari Mall.com
Saat belanja online mulai booming, sebagian dari kita mungkin pernah berbelanja di salah satu e-commerce fashion terbesar di tanah air, Mataharimall.com. Startup e-commerce fashion ini pernah mendominasi pasar. Namun ternyata tak butuh waktu lama, startup yang berdiri sejak 2015 itu harus tutup pada 2018.
Mataharimall.com masih dimiliki oleh Grup Lippo, raksasa ekonomi Indonesia. Namun karena kalah bersaing, Mataharimall.com akhirnya harus siap untuk tutup dan merger dengan Matahari.com, induk perusahaan.
- Blanja.com
Salah satu startup e-commerce yang juga tidak kompetitif dan harus menyerah adalah blanja.com. Startup ini merupakan kerjasama antara Telekom dan ebay. Namun dua nama besar di balik startup blanja.com itu tak mampu mendongkrak popularitasnya.
Itulah sederet startup yang terpaksa tutup karena tidak mampu menghamburkan uang untuk bertahan dalam ketatnya persaingan startup ecommerce di Indonesia. Pasar startup e-commerce di Indonesia sedang tegang karena ada sekitar 12 e-commerce atau marketplace ternama di Indonesia.
Jadi, apakah Anda tertarik untuk memasuki pasar e-commerce yang kompetitif? Sebagai konsultan IT, kami memiliki pengalaman dalam membuat sistem web termasuk e-commerce. Konsultasikan dengan tim IT kami tentang kebutuhan Anda untuk digitalisasi perusahaan Anda dan raih kesuksesan segera saat memasuki dunia digital!
Lihat Juga :
https://ruaitv.co.id/
https://cmaindonesia.id/
https://rakyatjakarta.id/
https://gramatic.id/
https://tementravel.id/
https://psyline.id/
https://cinemags.id/
https://imn.co.id/
https://bernas.co.id/
https://mt27.co.id/